Kamis, 05 Desember 2013

Haloperidol


Haloperidol, Antipsikotik untuk Berbagai Usia
Quantcast
Psikotik adalah salah satu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Salah satu obat yang efektif untuk terapi gangguan psikotik adalah haloperidol. Penggunaannya telah terbukti ampuh pada pasien berbagai usia.
http://myhealing.files.wordpress.com/2008/05/haldol.jpg?w=780
Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini diindikasikan untuk kelainan psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat.
Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf dopaminergik.
Haloperidol memiliki beberapa karakteristik farmakodinamik. Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL (0.01-0.05 mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah sangat tinggi yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat absorpsi haloperidol adalah 60%. Volume distribusinya adalah 18 L/Kg. Sekitar 40% dari dosis oral tunggal akan dieliminasi melalui ginjal. Biasanya obat ini diekskresikan melalui urin dalam lima hari. Sejumlah 15% dari dosis oral diekskresikan melalui feses oleh eliminasi empedu.
Pada remaja dan dewasa, haloperidol sebagai antipsikotik dan antidiskinetik digunakan secara oral dengan dosis awal sebesar 500 mcg (0.5 mg) sampai 5 mg sebanyak 2 -3 kali per hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan daya toleransi. Batas dosis pada orang dewasa adalah 100 mg per hari.
Pada anak-anak yang berusia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran 15-40 Kg, haloperidol dikonsumsi secara oral dengan dosis awal 50 mcg (0.05 mg) per Kg/BB/hari (dibagi ke dalam 2-3 dosis). Sementara itu, pada pasien usia lanjut dosis yang digunakan adalah 500 mcg– 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan toleransi yang diperbolehkan.
Efek samping haloperidol berbeda pada berbagai tingkatan usia. Efek samping yang sering terjadi pada anak-anak adalah efek piramidal. Sementara itu, pada pasien usia lanjut efek samping yang sering muncul adalah efek ekstrapiramidal dan hipotensi ortostatik. Efek samping itu dapat dicegah dengan penggunaan dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis secara bertahap.
Penggunaan haloperidol harus disesuaikan dengan keadaan individu dan usia pasien. Pemberiannya harus mempertimbangkan faktor risiko dan manfaat untuk menghindari timbulnya efek samping yang lebih berbahaya. Dengan demikian, pasien yang menggunakan obat ini harus membaca petunjuk pemakaian dengan seksama. Primz






Pemberian obat antipsikotik pada lansia meningkatkan risiko pneumonia
PDF
Print
E-mail

Written by Administrator   
Wednesday, 09 November 2011
Dr. Gianluca Trifiro dkk. dari Erasmus University Medical Center, Rotterdam, dalam studinya menyatakan bahwa dokter yang memberikan obat antipsikotik atipik dan tipik pada pasien usia lanjut, perlu memonitor pasiennya secara ketat, karena kemungkinan risiko terkenapneumonia, terutama jika diberikan dalam dosis tinggi.

Meskipun tidak diketahui secara pasti mengapa hal ini dapat terjadi, tetapi diduga bahwa efek anthihistamin, ekstrapiramidal, dan antikolinergiknya dapat merangsang timbulnya pneumonia aspirasi melalui efek menelan dan kekeringan mulut.

Melalui data yang diperolehdari Dutch Integrated Primary Care Information; para peneliti membandingkan 258 subjek yang menderita penumonia dan menggunakan antipsikotik (usia 65 tahun atau lebih) dengan 1.686 subyek kontrol.

Penggunaan antipsikotik tipik dan atipik meningkatkan risiko pneumonia secara dose-dependent, dengan PR adjusted 1,76 dan 2,61. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa hanya antipsikotik atipik yang meningkatkan risiko pneumonia fatal (PR adjusted 5,97). Risiko pneumonia lebih tinggi pada obat dengan afinitas reseptor histamin-H1 yang lebih besar.

Para peneliti menyimpulkan bahwa sehubungan dengan peran potensial efek antihistamin dan adanya profil ikatan reseptor yang berbeda dari obat antipsikotik, maka diperlukan studi berbasis populasi yang lebih besar guna mengevaluasi risiko pneumonia pada individu yang mendapat antipsikotik atipik dan tipik tertentu. (Annals of Internal Medicine 2010; 152:418-425. Medical Update, mei 2010, p.13).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar